atraksi politik nusantara, tampang garang vs pasang badan
Berburu kursi di negeri
sendiri, harus pandai-pandai. Rekam jejak, daftar riwayat hidup, bukan jaminan. Bahkan sampai makan bangku
sekolah, masih kalah cerdas. Bak tarung bebas. Peraturan yang dipakai adalah
tanpa aturan apapun.
Main di kandang lawan,
laga tandang. Harus meng-KO petinju tuan rumah. Kalau cuma bisa menyelesaikan
pertandingan, amatir maupun profesional. Demi persahabatan dan menghormati jerih
payah tuang rumah. Suka tak mau, petinju tuan rumah akan keluar sebagai peraih
angka terbanyak.
Anggaran demokrasi
nusantara, karena lima tahun sekali. Apalagi serentak. Bukan dihitung per rakyat
pemilih. Kendati satu suara pemilih menentukan biaya politik. Kian banyak
parpol ikut pesta demokrasi, terjadilah anggaran demokrasi vs biaya politik.
Bahasa awam, duwit
sesedikit itu bisa buat beli barang, bangun bangunan, ongkos pendidikan atau
ikhwal lainnya. Kalau dalam bentuk koin, uang logam seribu Rp. Berapa ton
ringannya. Dijejer sambung menyambung panjang uang kertas seribu Rp. Sejauh berapa
km. Jangan-jangan dirangkai horizontal bisa menutupi kota atau desa dengan
berjuta wajah.
Demokrasi nusantara
tetap murah, terjangkau dan tak terbelikan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar