berburu HAM di kawasan
nusantara
Beragama yang baik, benar, bagus
wajib sejajar, paralel, diimbangi dengan ilmu formal. Mempraktikkan ajaran
agama tanpa ilmu, akan timpang, berat sebelah. Bisa kita simak di media massa
dan produk turunannya semaca media sosial.
Mudahnya anak bangsa pribumi
nusantara berkomentar. Tidak paham substansi, pokok masalah. Asal kasih saran
sumbang. Bahkan manusia yang bergelar akademis, serta merta pamer bego secara
terang-terangan. Terjadi baku bukti manusia bebal.
Tak salah, jika apa yang dilihat
atau ditangkap indera – tanpa proses hati, jiwa, akal, nurani – langsung ujar
bebas. Emosi yang menentukan kadar ujaran. Daya dan gaya latah, seperti dengan
suara benda jatuh. Daya respon, tanggap, sensitivitas tak kalah dengan reaksi
anjing yang terkaget-kaget.
Saking banyaknya bukti dan masih
terjadi dalam hitungan waktu helaan nafas. Mawas diri sebelum peradilan
akhirat. Sadar diri sebelum disadarkan oleh alam yang tak kenal lelah siap
menerima raga kita.
Memang sudah hukum keseimbangan
alam, bahwasanya pihak yang tahu karena kurang atau pengetahuannya minimalis,
malah reaktif, spontan, tanpa pikir dank omen panjang lebar. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar