Halaman

Kamis, 19 September 2019

berburu HAM di kawasan nusantara


berburu HAM di kawasan nusantara

Beragama yang baik, benar, bagus wajib sejajar, paralel, diimbangi dengan ilmu formal. Mempraktikkan ajaran agama tanpa ilmu, akan timpang, berat sebelah. Bisa kita simak di media massa dan produk turunannya semaca media sosial.

Mudahnya anak bangsa pribumi nusantara berkomentar. Tidak paham substansi, pokok masalah. Asal kasih saran sumbang. Bahkan manusia yang bergelar akademis, serta merta pamer bego secara terang-terangan. Terjadi baku bukti manusia bebal.

Tak salah, jika apa yang dilihat atau ditangkap indera – tanpa proses hati, jiwa, akal, nurani – langsung ujar bebas. Emosi yang menentukan kadar ujaran. Daya dan gaya latah, seperti dengan suara benda jatuh. Daya respon, tanggap, sensitivitas tak kalah dengan reaksi anjing yang terkaget-kaget.

Saking banyaknya bukti dan masih terjadi dalam hitungan waktu helaan nafas. Mawas diri sebelum peradilan akhirat. Sadar diri sebelum disadarkan oleh alam yang tak kenal lelah siap menerima raga kita.

Memang sudah hukum keseimbangan alam, bahwasanya pihak yang tahu karena kurang atau pengetahuannya minimalis, malah reaktif, spontan, tanpa pikir dank omen panjang lebar. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar