honor petugas partai
sesuai kadar pancasilais
Bukan pariwara politik apalagi humor
politik. Hanya bisa terjadi tanpa sengaja di negara multipartai. Kisah nyata kian
dibantah resmi oleh rezim politik, malah semangkin menjadi-jadi. Seperti diingatkan
sesuai atas petunjuk bapak presiden.
11 September 2019, presiden ke-3 RI,
Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia. meninggalkan deretan nama, menyisakan
tumpukan nama. Tak ada sebuah partai politik, tak ada sebentuk organisasi kemasyarakatan
yang bangga. Atau minimal mengklaim sebagai kadernya. Apalagi koalisi parpol
pro-pemerintah tampak cuek.
Jadi, beliau bukan macam petugas
partai atau seklas kambuhan partai.
Prestasi politiknya boleh nihil, nol
bahkan minus. Negara lain mengakui kinerja otak, nalar, akal serta kadar
religiusitasnya. Diam-diam tanpa publikasi presiden penggantinya yang masih
aktif, sehari menerima ucapan belasungkawa dari 25 kepala negara. Itu kan saat
pemilu serentak 17 April 2019.
Saat olahkata ini diketik. Masih terdapat
bendera setengah tiang berkibar. Resminya cuma 3 hari. Namanya bukan manusia
politik. “Karir politik”-nya mulai dari nol, start dari papan bawah. Mulai sebagai
pembantu presiden, wakil presiden dan berakhir sebagai presiden. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar