Halaman

Selasa, 10 September 2019

mentalitas pengkursi nusantara, soyo tuman vs opo tumon


mentalitas pengkursi nusantara, soyo tuman vs opo tumon

Metode overlay alias tumpang tindih – semacam tumpang sari – digunakan untuk mengetahui agihan mentalitas pengkursi nusantara. Dugaan yang digunakan dalam sidik acak ini yaitu, fakta olok-olok politik, ujaran pamer bego, stabilitas otak-kanan dan otak kiri politik, serta kemanfaatan kaki-tangan.

Agihan mentalitas pengkursi nusantara di klasifikasikan kedalam empat (4) kelas kebebalan yaitu (1) tidak bebal, (2) cukup bebal, (3) bebal dan (4) sangat bebal. Generasi milenial mengenal bebal saja dan atau bebal sekali.

Metode modus manipulasi fakta sejarah berlapis, berganda digunakan untuk mengetahui parameter yang paling berpengaruh signifikan terhadap kebebalan manusia politik nusantara. Asumsi hitung mundur secara masif  digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor/bebas terhadap variabel terikat.

Dalam sidik acak ini variabel bebas terdiri dari empat parameter, yaitu (1) tidak bebal, (2) cukup bebal, (3) bebal dan (4) sangat bebal. Variabel terikat yang digunakan adalah kebebalan manusia politik.

Sebetulnya, tanpa sidik acak, asumsi asal-asalan, sudah ketahuan sejak dari sono-nya, faktor bawaan sejak sebagai anak cucu ideologis ‘nasakom’. Akhirnya, menjadi nila sebelanga. Percuma susu senusantara.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar