diet gula kawula
nusantara, ugal-ugalan muka manis vs gula-gula gaul berlagu
Kata kunci adalah huruf a, g, l dan u. Dikombinasikan keempatnya menjadi kata dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah yang sudah umum, akrab di kuping pemirsa. Masih ada
bahasa daerah lain, mampu memunculkan kata lokal.
Soal bisa diuraikan menjadi kalimat,
alenia atau sesuai judul. Menggoyang lidah atau menggelengkan kepala. Maksudnya,
masih banyak yang tersirat. Berharap mampu menguak apa adanya. Tanpa basa-basi
yang bikin basi. Bentuk sejarah seutuhnya. Tanpa rekayasa politis, bebas dempul
dan polesan agar tampak wibawa.
Bahasa simbol memudahkan semua pihak
untuk mencerna menu politik. Jangan pakai kaca mata moral untuk menakar kadar
kinerja sebuah parpol. Jangan manfaatkan potensi akal, daya nalar, energi logika
untuk mengolah kemanfaatan politik dalam negeri.
Supremasi potisi sipil, politikus
klas olok-olok politik, kawanan petugas partai ternyata masih di bawah kendali
serdadu dan bayangkara. Wawasan nusantara, penguasaan teritorial sadar wilayah angkatan,
angkutan, ungkitan sigap 24 jam.
Konflik dengan rakyat karena
dimanfaatkan pengusaha Sudah jamak,
lazaim, wajar.
Jangan masuk hati, jika APBN2020
bayangkara masuk lima besar, Identik indeks negara aman sedang masa pancaroba. Tidak
ada muka baru. Cuma modus operandi, skenario global, konspirasi makro terbarukan.
[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar