Halaman

Minggu, 15 September 2019

nusantara wajahmu ramah BAB


nusantara wajahmu ramah BAB

Cuplikan tembang lawas, dioplos, dikanibal, diadaptasi dengan nafas mental kekinian. Muncul senandung metabolisme: “mbokde mukiyo lakumu aaa ngisingi-ngisingi . . . mbok aja . .  “.

Infografis PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman) menayangkan bahwasanya NKRI masuk 10 (sepuluh) besar dunia dengan kategori “peringkat terburuk angka Buang Air Besar (BAB) sembarangan”. Bahkan peringkat kedua. Termasuk bagaimana posisi Indonesia di ASEAN.

Cara pikir sederhana pihak yang masih BAB di pinggir sungai. Ada WC umum berderet, berjajar. WC terpanjang di dunia. Metode ‘plung lap’. Model ‘helikopter’ kata manusia kota. Maksudnya, si tinja akan dibawa arus sungai sampai ke laut bebas. Menjadi pakan ikan. Ikan laut akhirnya kembali mendarat di dapur.

Kepedulian pemerintah dengan penyediaan MCK, jamban keluarga, cubluk kembar, dan produk lokal sesuai budaya. Jangan heran, makanya pengusaha multinasional getol impor pangan. Agar aroma irama BAB tak bersaing dengan kepulan asap karhutla. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar