Belanda masih jauh vs
China semangkin angkuh
Sudah suratan takdir sejarah dalam negeri. Yang mana dimana, rasa
nasionalisme, jiwa patriotisme, kadar pancasilais luar-dalam diuji oleh
penguasa. Sertifikasi bela negara bak pelajaran P4 zaman Orde Baru. Lupa akan arus
globalisasi.
Akhirnya, anak bangsa pribumi nusantara dengan modal gadget (maksudnya HP
dan produk lainnya). Merasa dunia dalam genggamannya. Merasa berkontribusi
besar bagi republik, sekedar ikut arus berolok-olok politik.
Benang merah ‘nasakom’ antar pemerintah, menjadi landasan dan sekaligus
payung praktik demokrasi nusantara.
Terjadilah penjajahan berlapis, sistematis dan tanpa batas waktu dan
tempat.
Masih ingat berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).
Banyak ikhwal tersirat di balik judul olah kata “biaya politik nasional mengalahkan rasa nasionalisme”. Sebagai kesimpulan santai sekaligus pembuka masuk ke
kejadian nyata yang sedang berjalan.
Jebakan fenomena negara berkembang, terjadi disparitas antara manusia politik
– manusia sosial – manusia ekonomi. Susah diketahui ‘siapa makan siapa’. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar