wong Jawa kakèhan gedrug-gedrug
Bukan ramalan dan jauh dari tanda-tanda zaman. Asumsi sejarah bisa diplesetkan. Karena hanya ada rumusan saja yang tersurat di Preambule UUD NRI 1945. Maka, pertama, pewaris noto negoro merasa tak ada Pancasila. Kedua, tidak ada sanksi moral kalau tak pakai sila-sila. Lebih gaya modis pakai asas nasakom teranyarkan. Merasa sejajar dengan bangsa besar penduduk tapi minim ajaran politik. Minus daya religiusitas spiritual.
Sensitivitas anak bangsa Narasi nusantara lokal, murni pribumi, bumiputera tulen, putera-puteri aseli daerah yang masih doyan nasi, sesuai gelombang pasang politik yang menerpa jidatnya. Melihat orang jalan cepat, langsung ikut reaksi cepat. Menyimak lawan jenis melintas di depan hidungnya, langsung kembang kempis. Membaca ujaran kebencian, belum-belum sudah terangsang untuk menyonyorkan diri.
Kembali ke “ruwet rentenging urip, endapkan di kakimu”. Date modified laptop 1/15/2018 6:31 AM. Masih nikmat dinikmati jelang 3 (tiga) tahun. Jika kita masih merasa, bisa merasa agaknya nasib tidak seperti kemarin, seperti biasanya. Hidup ini dikejar waktu, tidak kenal waktu, kehabisan waktu yang memang selalu bergerak. Tak ada jalan lain, kecuali langkahkan kakimu di muka bumi. Jejak tapakkan kakimu di muka bumi, gantungkan harapanmu hanya semata kepada Allah SWT. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar