teriak terakhir justru dapat nama
Betul-betul kisahku. Di luar dugaan. Pukul 9:30an PM. Niatan keluar rumah tunggu garwo. Ngaji di kampung, tapi dibilang di atas. Penghuni aseli. Tidak mau dibebaskan untuk lokasi perumahan KPR-BTN. Awal 1980an. Bebas banjir karena bebas kerukan. Lahan bekas sawah diurug jadi lokasi. Permukaan sungai jadi turun. 2022 sigap banjir lma tahunan.
Rasanya, uraian menjadi kian terurai kemana saja. Sekedar buka ingatan pemirsa.
Di pegangan pintu dorong pagar, tergantung paket makanan. Model tampilan, tusuk sate plus. Mau tak mau, kubawa masuk. Di ruang tangga, kuberteriak ke anak di kamar atas. “ini bapak bawakan sate, siap makan”. Respon anak cuma tertawa. Paham adat bapaknya. Untung tidak ada pihakan lain yang dengar.
Malaikat Atid mencatat ada kebohongan. Malaikat Raqib riang menambahkan amal baik karena laku membawakan sate.
Lanjut dengan niatan semula. Isi waktu tunggu dengan aksi rutin. Menyirami pot tanaman hias. Pas usai siraman, tidak pakai lama garwo datang jalan kali. Dari arah barat, kampung. Kuduga dari arah timur bareng tetangga naik motor. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar