jarwo dhosok petruk vs lakon pinokio nusantara
Generasi yang pernah punya boneka ‘dakocan’ ireng tunteng. Berlagu lagu “dakocan yang lucu . . . sayang-sayang mahal harganya”. Itu doeloe, zaman Orde Lama. Reformasi birokrasi sipil di bawah koordinasi oligarki multipihak. Menghadirkan aneka boneka tidak ada harganya. Tapi bisa dua kali pakai. Anak menantu tahu harga kursi konstitusi.
Kompromi politik menjadikan nilai jual anak wayang politik nusantara. Jual kiloan atau tukar beras.
Revolusi politik
2024 apapun bisa terjadi. Tahun “kuda hitam vs kambing hitam”. Dalil “hukum
main sebelah mata” terhadap AD dan ART parpol perpanjangan tangan global. Kita bangsa
pemaklum. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar