tradisi politik lisan, ajang gaul bebas salah
Betapa okum ketua umum sebuah partai politik bangkotan. Merasa digdaya dengan hak prerogatif. Ujarannya adalah kebijakan partai. Kekeseringanan mudhal piwulang, modal diktat produk leluhur. Tak ayal kawanan kader jadi latah dan hafal jargon, propaganda. Setiap tampil, anak didik politik siap ngantuk. Gaya manthuk-manthuk tanda setuju, bukti paham.
Diktat politik tersedia. Sebagai bahan cetak tulisan, begitu dituturkan, dilisankan, dibacakan tanpa ekspresi. Polesan gelar akademis kehormatan untuk pencitraan. Ora ngefek barblas. Lelucon politik bikin tambah maksiat.
Tanpa pembisik maupun pembusuk. Asas kepatuhan dan ketaatan atas konspirasi, skenario dari investor politik, bisa merasa angin di atas kertas. Akhirnya, paruh akhir 2019-2024 menjadi ajang laga pertaruhan harga diri. Tak perlu jajag pendapat, survei tanpa survei, survei berbayar, hitung mundur, aksi kajian akademis dalam negeri. Sejarah memang seolah berulang, tetapi bukan pengulangan sejarah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar