Halaman

Kamis, 20 Januari 2022

agresivitas politik lokal melampaui daya pikir, olah akal, tata logika

 agresivitas politik lokal melampaui daya pikir, olah akal, tata logika

 Kawanan hipokrit, bermuka dua, inkonsisten, méncla-ménclé, munafik, hati bercabang, cari aman, watak mendua, plin-plan, politik  dua  kaki secara kuantitas penyuka terlebih kualitas pengguna, layak lebur liwat asosiasi. Menilik kelompok umur, sebaran di daerah, bebas gender malah dapat memproklamirkan bentukan partai politik.

 Bangsa Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut politik bebas aktif. Untuk itu, pertahanan negara ke luar bersifat defensif aktif yang berarti tidak agresif dan tidak ekspansif sejauh kepentingan nasional tidak terancam. Atas dasar sikap dan pandangan tersebut, bangsa Indonesia tidak terikat atau ikut serta dalam suatu pakta pertahanan dengan negara lain. (penjelasan UU 3/2002 tentang  Pertahanan Negara).

 Modal sumbu pendek, perlu saat persaingan sudah tak kenal mana kawan, siapa lawan. sulit menebak ini sekutu atau bahkan seteru. Atau sebaliknya. Dalil seolah ‘tanpa batas jarak, tanpa tenggang waktu’, otak terlatih berpikir cepat tanpa akal, minus logika, hampa nalar. Reaktif, ibarat sudah menjawab sebelum ditanya. Sudah menentukan sebelum ditawari. Sekali mikir, dua tiga masalah terpecahkan. Sekali duduk, dua tiga perkara dibangkitkan dengan asas layak diduga berdampak masalah. Ujung jari menjadi harimau-mu. Dampaknya melampaui daya rusak ujung lidah. Interaksi antar masalah untuk menghasilkan masalah baru.

Alat kelengkapan akal sehat manusia berupa penglihatan, pendengaran dan hati, menjadi sarana ajar dan didik. Manusia selaku makhluk semi-samawi dan semi-duniawi, butuh sifat kehati-hatian. Menjaga hati menjadi PR harian umat manusia. Prosesi menjadikan diri ini manusia dengan aneka strata bermodal daya santun. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar