tax amnesty vs pangkas anggaran
Menteri Keuangan Sri
Mulyani menilai bahwa dana tebusan dari tax
amnesty masih sangat minim. Baik wajib pajak yang ikut melalui repatriasi
maupun deklarasi, nilainya masih jauh dari harapan pemerintah. (Republika, Jumat, 26 Agustus 2016).
Pemerintah
melakukan penghematan dengan cara memangkas anggaran hingga seratus triliun
rupiah lebih. Kondisi ini dilakukan karena selama ini penggunaan anggaran
dianggap boros.
"Kita
melakukan penghematan dengan pertanyaan apakah selama ini kita boros. Saya
mengatakan nampaknya iya, perjalanan dinas dan lain-lain itulah yang kita
potong. Namun ada dengan berat hati mungkin kita harus potong untuk
pemeliharaan gedung, belanja modal untuk infrastruktur kita coba untuk tidak
potong," papar Menteri Keuangan, Sri Mulyani, saat rapat dengan Badan
Anggaran DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa malam (30/8/2016).
Sri
Mulyani mengatakan, dia akan mengecek bila ada proyek infrastruktur kementerian
yang berhenti. Karena memang pemangkasan anggaran infrastruktur tidak
dilakukan. (http://finance.detik.com Rabu, 31/08/2016 12:50 WIB)
- - - - -
Jadi, bukan kebetulan atau kebenaran, frasa tax amnesty tidak diterjemahbebaskan ke
dalam bahasa Indonesia. Bukan ada udang di balik batu. Cuma jaga emosi dan
opini rakyat tidak terusik. Secara awam, takut ada kaitannya dengan remisi
napi. Apakah itu oknum koruptor, teroris, atau terpidana pasal lainnya. Bukan
dimaksud agar rakyat semangkin tidak tahu, apa itu tax amnesty. Apakah manfaat nyata bisa menjadikan rakyat sejahtera.
Sama-sama berbasis Rp,
namun karena beda pemanfaatan, bisa menjadi bumerang, senjata makan tuan bagi
pemerintah. Seolah ada beda, ada Rp yang sudah di tangan pemerintah dengan Rp
di genggaman pihak tertentu atau bisa disebut sebagai dana tebusan. Begitu
perkasa si wajib pajak, yang mungkin jumlahnya tak seberapa, namun mampu
membuat pemerintah serba salah tingkah. Pemerintah bukannya tak punya nyali.
Senjata pamungkas
revolusi mentai, dibarengi pengalaman menghadapi lawan politik, keperkasaan
melibas pihak yang ingin membuat onar tanah air, kedigdayaan menegakkan hukum
agar modus operandi korupsi dengan semangat korps, tidak diotak-atik KPK sampai
pernik-pernik berbangsa dan bernegara menyambut kedatangan TKA bak pahlawan.
Jangan-jangan, rakyat
tak boleh curiga, ujung-ujungnya pemerintah malah akan cari utangan ke
renternir ala IMF, Bank Donya, atau ke kamrad Tiongkok.
Jangan diwacakan betapa
K/L yang tidak ada bangun infrastruktur, dampak pangkas anggaran
program/kegiatan 2016 langsung “selesai”. Memasuki bulan mber-mberan, ada beberapa K/L yang ngebut pekerjaan. Kalau perlu
menggunakan aji Bandung Bondowoso. Disibuki dengan pelaksaan lelang pengadaan
barang/jasa untuk 2017.
Tak dapat disangkal,
jika pembangunan infratsruktur yang memakai model tahun jamak, kemanfaatan dan
keberlangsungannya terasa berdaya guna, berhasil guna tidak dalam satu periode.
Dua periode SBY, 2004-2009 dan 2009-2019 oleh relawan Jokowi-JK disebut masih
banyak pembangunan infrastrukur yang mangkrak. Berkat tangan dingin Jokowi,
dalam setahun kerja mampu melebihi dua periode SBY. Hebat bukan.
Jadi, pembangunan
infrastruktur se-Indonesia, mempunyai nilai jual politik bagi Jokowi. Tak heran
Jokowi mengandalkan menteri profesional ketimbang menteri orang partai untuk
mensukseskan pembangunan infratruktur. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar