efek domino pilpres, revolusi mental vs
evolusi mukiyo
Semenjak tahun 2004, presiden dan wakil
presiden dipilih langsung oleh rakyat yang telah mempunyai hak pilik. Indonesia
terhitung sudah 3x melaksanakan pilpres, 2004, 2009 dan 2014. Belum ada laporan
resmi dari pihak berwenang, pihak berwajib atau kelompok yang merasa kuasa
tentang dampak, ekses maupun efeknya. Apakah biaya politik lebih boros daripada
biaya penyelenggaraan pesta demokrasi, lembaga survei tanpa survei, survei pesanan,
survei berbayar belum ada yang merilis hasilnya. Bagaimana kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terkontaminasi secara sistematis, formal
dan konstitusional.
Jangan ditanya, apakah rakyat sudah puas
akan kemanfaatan hasil pilpres. Saat kampanye, menjadi akronim kampungan, panik,
dan mencekam. Antar rakyat seperti diadu domba. Antar komunitas masyarakat
seperti dikotak-kotak secara politis. Pilpres mirip referendum, bahwa suara
mayoritas yang akan berkuasa. Dan yang sedang berkuasa akan menulis sejarah
kegemilangannya. Bukan berarti yang benar, akan menang, walau di akhir episode.
Pesta demokrasi 2014, tidak sekedar
membuktikan bahwa partai politik juara umum tidak siap menang, bahkan tidak tahu
mau berbuat apa untuk masa depan nusa dan bangsa, minimal selama lima tahun mau
berkontribusi, berprestasi, berkarya nyata apa juga tidak melintas dibenaknya. Ironis,
malah membagi kekuasaan saja, artinya siapa mendapat apa, jauh dari prefesional.
Mereka terjebak politik transaksional. Otak politik parpol penguasa negara hanya
dijejali nafsu balas dendam. Bara nafsu melibas dan menyalip lawan politiknya
begitu kental sampai darah daging dan tulang sumsumnya. Bahkan kentut pun
beraroma irama politik balas dendam.
Celaka benar anak bangsa ini,
mendewa-dewakan jasa nenek moyangnya tanpa harus meningkatkan kadar diri. Mendaur
ulang kedigdayaan masa lampau, tanpa prestasi diri. Rakyat selama lima tahun
dijadikan ajang uji coba, bak tabung reaksi uji coba kebijakan yang seolah
dikemas pro-rakyat. Yakin perjalanan politik bisa sampai akhir periode, tidak
turun di tengah jalan sebelum jatuh tempo, tak ayal tanpa sungkan mempersiapkan
langkah menuju 2019. Opo tumon.
[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar