Halaman

Rabu, 28 September 2016

percepatan zaman edan, syahwat politik vs evolusi mukiyo



percepatan zaman edan, syahwat politik vs evolusi mukiyo

Peran matahari dan bulan disertai bintang-bintang sebagai penanda waktu, mereka tunduk kepada perintah-Nya. Perjalanan waktu dan usia manusia tidak bisa dipercepat maupun diperlambat. Karena ulah manusia, apapun yang terjadi di muka bumi bisa menentukan proses alam. Allah dengan segala sifatnya, tetap mencurahkan hujan dari langit. Kebanyakan dari umat manusia malah merubah tata alam sesuai kapasitas, derajat dan kadar nafsunya. Bukan hanya orang perorang, bisa berbentuk kaum atau bahkan bangsa atau suatu negara.

Indonesia-ku yang selalu mendapat rakhmat Allah berbentuk hujan. Dampak negatif hujan sebagai pertanda ulah manusia itu sendiri. Keahlian manusia Indonesia dalam memanfaatkan kekayaan alam, tidak perlu diperdebatkan lagi. Jangankan kekayaan alam, sumber daya ideologi yang seharusnya untuk kepentingan nasional, untuk menjadikan rakyat adil, makmur dan sejahtera lahir batin, malah mengalir ke atas, ke puncak piramida politik Nusantara.

Akhirnya, penentu nasib bangsa dan negara NKRI berada di tangan pelaku ekonomi dan pelaku politik. Mungkin, jumlah pelaku ekonomi tak terasa secara kuantitas jika disbanding populasi penduduk pribumi. Namun faktor kendalinya sangat fenomenal, fantastis dan spektakuler. Mereka tak perlu jadi apa di kancah percaturan negara, tetapi mereka bisa menentukan “siapa akan jadi apa”. Daya beli dan nilai tawar mereka sangat dominan. Bicara soal pelaku, pemain, pekerja, pegiat politik lokal maupun politik yang katanya skala nasional, tergantung kebaikan hati sang juragan.

Zaman edan, ngudal piwulang ki dalang Sobopawon, secara perlahan bangsa dan rakyat Indonesia merasa asing dan terasing di negeri sendiri. opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar