Perlu Penjaga Pintu Jaringan Internet
Ikhwal siber Indonesia
rentan diserang asing, bukan masalah dan hal baru. Setiap kemajuan teknologi,
khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tentu ada efek sampingan,
khususnya dampak buruk, efek domino atau memancing tumbuhnya berbagai jenis kejahatan
yang belum ada pasalnya. Ingat makna istilah asing “the man behind the gun”.
Terkadang, dibanding dengan
negara lain, “bersyukur” bahwa penyerangan sistem siber Indonesia masih masuk
katergori aman terkendali. Katakan, belum menjadi isu nasional. Mengingat luas
dan panjangnya Nusantara, serta tingkat keawaman atau ke-gaptek-an pengguna komputer,
disertai tugas instansi pemerintah sebagai pengatur lalu lintas informasi,
perlu langkah preventif, pro aktif yang terukur.
Kita tidak bisa tutup
mata jika ada anak bangsa, dengan kecerdasan dan hobi otak-atik TIK bisa
menjadi alat yang multi fungsi, multi manfaat, multi guna. Dalih ‘siapa
menguasai informasi akan menguasai dunia’ didukung TIK dalam genggaman, tidak
sekedar waktu dan jarak bukan lagi menjadi kendala. Tidak sekedar pabrik kata
dan kalimat, bisa menimbulkan bencana terselubung.
Mengingat penyerang sistem
siber Indonesia dimungkinkan tidak sekedar dari “kerja orang iseng”, bisa dari system
atau negara asing. Masalah laten muncul jika pihak asing ngobok-obok dapur
negara.
Mengantisipasi banjir
lokal dan khususnya banjir kiriman dari negara asing, tak ayal layak Indonesia
mempunyai sistem pengamanan dan pertahanan. Setiap pengguna selain mempunyai sistem
pengaman tersendiri, namun diharapkan terintergrasi. Perlu “penjaga pintu” yang
mengendalikan arus lalu lintas informasi serta peringatan dini terhadap
penyerang asing sekaligus berdaya cegah tangkal. Artinya, TIK buatan manusia
jangan sampai kita malah menjadi budaknya. Opo
tumon. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar