Halaman

Jumat, 02 September 2016

antara anak kampus dengan generasi calon ahli masjid



antara anak kampus dengan generasi calon ahli masjid

Janji sua kawan di kantornya, di bilangan Jakarta Selatan. Waktu tanggung jelang sholat jum’at, jalan kaki sambil berbincang kami ke masjid dekat kantor. Parkir tidak seperti biasanya, sebelah kanan kantor ada yang meninggal dunia.Bagi saya memang baru pertama kali masuk masjid di kampus perguruan yang dikelola ormas Islam, mulai dari SD sampai PT. Jalan kaki melalui beberapa blok perumahan. Pejalan kaki dari berbagai arah menuju satu titik, masjid. Azan dzuhur sedang dikumandangkan.

Dekat pintu masuk halaman masjid, penuh parker motor dengan orangnya menggerombol. Tampang, busana didiminasi kaos oblong, tampak anak kampus universitas tertentu. Terbayang, betapa penuhnya masjid kampus. Sampai jamaah mahasiswa tidak kebagian tempat. Lantai menuju lantai kedua masjid, penuh anak berseragam SD. Karena khutbah sudah terdengar, saya bergegas masuk ke lantai dasar masjid, yang di beberapa pintu masuknya dijejali jamaah yang sedang tahiyatul masjid. Saya kira ruang utama sholat di lantai dasar, seperti masjid di kompleks tempat tinggal saya. Lantai atas untuk pemuda dan anak-anak. Ternyata beda. Walau ada mihrab, namun tidak ada permadani atau karpet sebagai alas sholat. Cuma lantai keramik warna putih.

Mengikuti kebiasaan diri, saya terpaksa melangkahi pundak orang merangsek ke shaf terdepan yang melompong. Nyaris bersamaan datang, tahiyatul masjid, di samping kanan dan samping kiri, jamaah berseragam busana batik hijau. Seragam guru, entah guru SD atau SMP. Kendati khutbah sedang berlangsung, bahkan jelang akhir khutbah kedua, suara gaduh cakap manusia masih terdengar. Masuk ke khutba kedua yang langsung berdoa. Karena suara “amiin” sebagai sahutan doa cukup kencang dan tidak serentak, khotib langsung mengingatkan anak-anak agar menjawab “amiin” tidak perlu berteriak dan gaduh.

Usai salam, jamaah di lantai dasar langsung bubar.  Di belakang kanan sudah siap peti jenazah yang akan disholatkan. Jamaah umum, berjalan pulang dengan bergegas. Tidak sempat melirik situasi di lantai atas. Kami pulang sambil bincang masalah pekerjaan kantor.

Saya tidak tahu, apakah kadar derajat religi di sekitar masjid yang notabene kampus penddidikan berbasis (agama) Islam, malah terasa beda dengan suasana masjid di kompleks tempat tinggal saya. Mayoritas jamaah adalah warga kompleks dan sekitarnya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar