Halaman

Sabtu, 10 September 2016

Mesin Penghancur Generasi Sejak Dini



Mesin Penghancur Generasi Sejak Dini

Perang konvensional yang bertujuan menghancurkan suatu bangsa, sudah bukan zamannya. Mungkin malah menimbulkan penderitaan dikedua belah pihak. Jangan heran jika ahli strategi akhirnya menerapkan cara menghancurkan generasi secara sistematis. Kalau bisa sejak dini. Sasaran tembaknya adalah urusan yang terkait dengan mulai dari yang di atas perut, perut dan bawah perut.

Kalau diadakan survei, jajak pendapat, opini publik, laporan masyarakat, sampai kajian akademis, ternyata semua telah terjadi di Indonesia. Mulai dari intervensi budaya asing yang masuk bebas ke Indonesia, seolah tanpa saringan, sensor, seleksi. Gaya hidup, gaul, gagah dan gengsi sebagai generasi terkini tanpa dasar yang kuat, menjadi rawan terhadap intervensi eksternal. Sampai berbagai kasus yang sudah terdeteksi secara yuridis formal, hukum maupun konstitusi, antara lain pil setan yang dikemas dalam permen, perokok pemula semakin muda, berbagai games yang mencetak generasi suka tarung, beragai ragam tayangan porno aksi, serta sederet “mesin penghancur” yang melenakan, menggiurkan, menggairahkan, meninabobokan.

Eksistensi calon generasi masa depan, tidak bisa ditangani oleh keluarga saja. Walau ancaman bisa datang dari internal keluarga. KDRT (kekerasan dalam ruma tangga) bukan contoh nyata, aktual dan faktual. Media layar kaca, serta produk tekonologi informasi dan komunikasi dengan harga terjangkau dan mudah digenggam anak, jika disalahgunakan bisa menjadi bagian dari “mesin penghancur” yang efektif.

Tidak salah kalau pemerintah lebih peduli pada penyiapan genarasi masa depan yang siap estafet kepemimpinan nasional. Diutamakan penyiapan generasi masa depan berbasis ideologi. Jangan heran kalau kasus germo anak LGBT dan LGBT seolah sebagai perhatian sampingan pemerintah. Tidak masuk agenda kabinet kerja. Wakil rakyat pun merasa turun derajat jika campur tangan.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar