Halaman

Selasa, 13 September 2016

ketika negara dirugikan, kasus LGBT vs evolusi mukiyo



ketika negara dirugikan, kasus LGBT vs evolusi mukiyo

Bangsa Indonesia memang kreatif. Bukti sederhana di bidang otomotif. Mobil yang di negara asalnya, pabriknya sudah bubar, kendaraannya masih berkeliaran di Indonesia. Sampah buangan rumah tangga, pasar tradisional menjadi sumber rezeki. Sampah buangan industri, yang bekas sortiran, bisa meningkatkan gengsi. Makanan sisa rumah makan berklas, didaur ulang menjadi santapan murah meriah.

Selain kreatif, banyak pula yang penyuka produk mancanegara. Tak salah, alumni perguruan tinggi mancanegara, bahkan dari negara tetangga, mempunyai peringkatan gaji di atas produk lokal, produk dalam negeri. Bukan sekedar rumput tetangga lebih hijau. Asas kejarlah ilmu sampai negeri Cina, diterjemahbebaskan ke dalam bahasa politik Jokowi-JK, datangkan orang Cina sebanyak mungkin. Menjadi guru di Nusantara. Kalau perlu disambut dengan gelaran karpet merah.

Gaya hidup, gaul, gengsi yang diadob bebas dari orang asing adalah perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Kreativitas anak bangsa yang mengeksploitasi eksistensi dan kemanfaatan finansial LGBT, mengkomersialkan LGBT, menjadi semacam PSK. Memanfaatkan celah pasal yang abu-abu terhadap bahaya LGBT.

Bonus demografi terjadi ketika jumlah penduduk berusia produktif 15-64 tahun lebih banyak ketimbang usia tak produktif (di bawah 15 dan lebih dari 64). Kesan pertama yaitu penduduk berusia <15 tahun dan >64 tahun masuk kategori tak produktif. Tentunya ada perbedaan nyata makna  tak produktif antar batasan usia tersebut. 

Penduduk dengan usia sampai dengan 15 tahun, menjadi sasaran empuk bagi pihak yang ingin menghancurkan Indonesia. Jika calon generasi sudah terdampak penyakit masyarakat, bangsa ini akan lumpuh secara sistematis. Perokok pemula semakin muda, salah satu bukti ketidakberdayaan pemerintah menghadapi intervensi pemodal klas dunia. Rokok bukan pilihan, namun tetap dilematis. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar