efek domino merasa bisa, mulang sarak vs evolusi mukiyo
Tidak ada yang memulai,
juga bukan ajaran nenek moyang. Tapi karena namanya penyakit hati manusia,
dipelopori oleh anak nabi Adam, Habil dan Qabil, menjadi penyakit turun temurun
dan mendarah daging. Hikmah di balik peristiwa tersebut, malah menjadi
inspirasi anak keturunan nabi Adam, untuk meningkatkan kadar susbtansinya. Munculnya
dinasti berbasis watak, karakter, dan nafsu ala Qabil.
Ironis, Qabil-isme
menjajah jiwa kawanan parpolis Nusantara. Mulai oknum ketua umum seumur hidup
sampai relawan, bolo dupak partai
penguasa negara. Terhadap “saudara” saja megatega, apalagi terhadap lawan
politik. Menyebut nama saja seolah haram. Dendam kesumat dibalut cita rasa
dendam politik menjadikan mata hati dan hati nuraninya mengalami degradasi
secara menahun.
Sejarah yang direkayasa
pelaku sejarah, tetap mengedepankan dendam politik yang bak bara dalam sekam. Pemberontakan
dua kali oleh PKI, peristiwa Madiun September 1948 dan G30S 1965, oleh anak
cucunya dianggap sebagai HAM. Rakyat membela negara dari makar PKI,
diputarbalikkan sebagai anti HAM. Kita tidak tahu apakah garis keturunan PKI
tetap sebagai bahaya laten, melebur ke partai politik tertentu, atau kerkawan
dengan kamrad dari negara komunis yang masih tersisa dan eksis. Opo tumon. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar