Halaman

Jumat, 02 September 2016

hujan, tak halangi niatku melangkahkan kaki ke rumah-Nya



hujan, tak halangi niatku melangkahkan kaki ke rumah-Nya

Jelang maghrib malam jumat, hujan sudah menyapa bumi. Pertanda umat Islam harus mengkesempingkan urusan dunia, bergegas ke urusan akhirat. Peralihan waktu sore ke malam segala fenomena alam bisa terjadi. Bakda maghrib hujan tanpa basa-basi tercurah deras.

Depan rumahku, di teras rumahnya siap gelaran tikar untuk acara yasinan ibu-ibu pengajian RT. Jadwal bakda maghrib tak menyurutkan niat ibu-ibu, atau tepatnya nenek-nenek untuk hadir. Diawali dengan sapa, salam, basa-basi dan tawa bebas. Ditimpali suara anak yang tak jelas mau apa.

Di masjid, rutin acara kamisan berupa tausyiah berbasis ukuwah yang diakhiri dengan santap hidangan sederhana. Bapak-bapak yang hadir nyaris rutin dan tetap. Acara sampai isya’. Ironis juga karena usai acara ada yang langsung pulang. Sebagian besar lanjut berjamaah isya’.

Niat awal ke masjid, ada betulnya kalau saya dibilang sebagai spesialis jamaah subuh dan atau isya’. Terasa ada ikatan ukuwah antar jamaah. Ditanya kemana sholat fardhu lainnya. Wajar, karena saya termasuk golongan manusia usia non-produktif sesuai versi bonus demografi.

Celana digulung, berpayung, kutetapkan hati untuk tetap melangkahkan kaki ke rumah Allah. Melaksanakan perintah-Nya sebelum dipanggil oleh seruan adzan. Di jalan disalip tetangga naik motor berpayung. Hati terasa lapang karena sudah ada jamaah, beberapa sedang sholat tahiyatul masjid. Entah karena awal bulan, tidak ada acara kamisan. Hanya beberapa gelintir jamaah kamisan yang menampakkan diri, itupun yang usia lanjut.

Kebetulan marbot sepi, yang muadzin jamaah secara suka rela. Ternyata suara tuanya enak didengar dan masih lantang. Usai salam kekanan dan kekiri, saya terkejut karena banyak yang berpakaian rapi, necis dan tampak bukan habis kehujanan.

Kuambil jalan beda untuk pulang. Yasinan ibu-ibu depan rumah masih khidmat, walau tampak lengang. Dilengkapi cucu-cucu yang tergolek. Sesampainya di rumah, terasa seperti mendapat pembelajaran. Kesemuanya, secara sepintas rangkaiannya kutulis. Serapan substansi terserah pembaca. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar