Halaman

Jumat, 23 September 2016

poros Jakarta-Peking BK 1964, barter politik Jakarta vs evolusi mukiyo



poros Jakarta-Peking BK 1964, barter politik Jakarta vs evolusi mukiyo

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017, akan berlangsung pada 15 Februari 2017 sesuai jadwal yang telah di Launching KPU Republik Indonesia, beberapa calon pasangan  sudah mulai bermunculan untuk mendapat respon publik, bahkan sudah mendaftarkan diri yaitu pertahana, pejawat DKI-1 dan DKI-2.

 Mengandalkan akal, nalar, logika politik dipakai oleh parpol yang berkepentingan. Semangat Porjaking dikemas ulang dalam bentuk barter politik. Taipan asli Tiongkok sudah berani tampil diri tanpa sungkan. Bahkan merasa tuan besar, nyonya besar di Nusantara. Titik balik sejarah NKRI ke dalam bentuk apa pun bisa terjadi dan terjadi sejak periode Jakarta 2012-2017.

Banyak kejadian perkara yang tidak etis diungkap satu-persatu lewat tulisan ini – tepatnya, penulis tidak tahu apa yang dimaksud tidak etis dan juga tidak tahu kejadian apa saja yang sudah, sedang dan akan berlangsung – revolusi (mental) belum selesai. Entah sedang sibuk apa. Asal jangan sibuk kalkulasi politik memang total di pesta demokrasi 2019.

Rakyat pun tersegmentasi. Dalam kuadran buta politik vs peduli bangsa.

Ironis, seolah penduduk Jakarta yang mempunyai hak pilih pada pilgub 2017, malah kehabisan akal, kekurangan nalar, ketinggalan logika politik. Elit dan pentolan partai sibuk cari modus operandi mengalahkan secara total calon petahana, sejawat.

Operasi senyap di masyarakat, tidak hanya penduduk Jakarta, bangsa Indonesia yang tetap menjaga persatuan dan kesatuan nasional, berkontribusi lewat doa bareng. Opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar