Halaman

Sabtu, 03 September 2016

miripnya sopir bajaj dengan Joko Widodo



miripnya sopir bajaj dengan Joko Widodo

Lihat siapa temannya. Tengok siapa orang disekelilingnya. Perhatikan bagaimana tampilan dan gaya orang dilingkungannya. Lebih esensial, bagaimana sikap ybs menempatkan diri. Ikut arus tetapi tidak terbawa arus. Jaga jarak agar tidak sebagai bagian dari mayoritas. Atau pura-pura akrab dan mampu menjalin komunikasi.

Bagaimana sikap dan gaya Joko Widodo yang juga adalah presiden kita, ketika berada di kandang banteng. Ketika bertatap muka dengan gembong pdip, anak beranak. Ketika Jokowi jadi tamu di acara internal pdip. Jangan ambil kesimpulan, bagaimana gembong pdip menghadapi para penyelenggara negara. Apakah pasang wajah angkuh atau wajah bego. Apakah bersikap diam biar dikira pemikir.

Akankah mental Yahudi sudah merasuki dan menjiwai kawanan parpolis dari kandang banteng. Mereka tidak suka jika umat Islam yang dari berbagai klasifikasi, kategori, kriteria menjadi satu. Perbedaan penafsiran ajaran Islam tidak menjadi penyebab serba merasa lebih unggul.

Kita tidak tahu kapan bajaj yang melaju, mau belok kemana, atau mau berhenti mendadak karena sang sopir mau buang air kecil, atau tiba-tiba meraung di kemacetan lalu lintas,  atau tanpa sebab yang pasti tiba-tiba balik arah bahkan nekat melawan arus. Terkadang sang sopir bajaj tidak tahu mau berbuat apa. Walau eksistensi komunitas bajaj diperhitungkan di masyarakat normal dan manusiawi, mereka sepertinya menjadi korban sistem peradaban.

Bedanya, Jokowi bisa mengembangkan momentum yang sebelumnya menjadi blunder baginya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar