Sampah dan Timbulan Golput Pilkada Jakarta 2017
Mungkin, penduduk yang
punya E-KTP prov DKI Jakarta, adem ayem dengan pilkada 15 Februari 2017. Mereka
yang tinggal digedongan, di atas kertas sudah bisa ditebak arah pilihannya. Penduduk
yang masuk kategori miskin, tempat tinggal yang siap digusur, mempunyai/menghuni
rumah tidak layak huni, yang mungkin acap konflik dengan kebijakan pemprov DKI
Jakarta, sebagai sasaran tembak tim sukses calon gubernur pertahana, pejawat.
Rumah Pepabri depan
rumah saya, pasutri pemiliknya sudah lama meninggal dunia. 3 cucu pria menghuni
rumah utama plus 2 cucu lelaki menghuni rumah samping, yang datang hanya untuk
tidur, tak ayal kebersihan tinggal turun tangan pamannya. Sang paman yang
tinggal di Cengkareng, Jakarta, secara tak tentu datang khusus bersihkan rumah,
halaman dan got depan rumah.
“Di tempat saya, sampah
apapun yang ada di bak sampah, diangkut oleh tukang sampah. Tidak pilih-pilih
seperti di sini. Mau tebang pohon, asal ditumpuk di pinggir jalan , akan mereka
angkut. Terkadang dua kali sehari tukang sampah liwat. Mereka takut sama Ahok
kalau kotor.”, cerita si paman disuatu pagi, sambil cabuti gulma yang tumbuh subur
di got. Saya ada teman saat sapu jalan. Daun gugur dari tanaman yang tumbuh di
halaman, tertiup angina bisa kemana saja.
Si paman juga cerita
gaji petugas kebersihan tidak main-main. Mereka tidak akan main-main dalam
bekerja. Ada sanksinya. Got bersih dari
tanaman liar. Cuma dionggok di dalam got dekat bak sampah, biar busuk. Yakin tidak
akan diangkat tukang sampah, walau datang pakai truk sampah.
Tahun 2012, dua penduduk
Indonesia yang tidak ber E-KTP Jakarta datang mengadu nasib meraih jabatan
DKI-1 dan DKI-2. Akhirnya, calon
petahana, yang menurut lembaga survey dipastikan unggul, cuma jadi juara kedua.
Kalah dengan pendatang. Biasanya, pemprov DKI Jakarta alergi dengan pendatang. Pendatang
musiman, pendatang malam hari, pemudik balik ke Jakarta bawa kerabat.
Golput di pilkada
nantinya, bisa-bisa bisa saja secara kuantitas lebih banyak daripada golput
2012. Selama ini nafas kaum birokrat sudah terdeteksi loyalitasnya. Memang ada
barisan sakit hati. Ketua RT dan Ketua RW sebagai faktor penentu timbulan
golput. Walau rahasia jabatan namun sudah jadi rahasia umum. Kadar ideologi penduduk
Jakarta berifat dinamis, fluktuatif. Opo
tumon. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar