Halaman

Sabtu, 24 September 2016

Sampah dan Timbulan Golput Pilkada Jakarta 2017



Sampah dan Timbulan Golput Pilkada Jakarta 2017

Mungkin, penduduk yang punya E-KTP prov DKI Jakarta, adem ayem dengan pilkada 15 Februari 2017. Mereka yang tinggal digedongan, di atas kertas sudah bisa ditebak arah pilihannya. Penduduk yang masuk kategori miskin, tempat tinggal yang siap digusur, mempunyai/menghuni rumah tidak layak huni, yang mungkin acap konflik dengan kebijakan pemprov DKI Jakarta, sebagai sasaran tembak tim sukses calon gubernur pertahana, pejawat.

Rumah Pepabri depan rumah saya, pasutri pemiliknya sudah lama meninggal dunia. 3 cucu pria menghuni rumah utama plus 2 cucu lelaki menghuni rumah samping, yang datang hanya untuk tidur, tak ayal kebersihan tinggal turun tangan pamannya. Sang paman yang tinggal di Cengkareng, Jakarta, secara tak tentu datang khusus bersihkan rumah, halaman dan got depan rumah.

“Di tempat saya, sampah apapun yang ada di bak sampah, diangkut oleh tukang sampah. Tidak pilih-pilih seperti di sini. Mau tebang pohon, asal ditumpuk di pinggir jalan , akan mereka angkut. Terkadang dua kali sehari tukang sampah liwat. Mereka takut sama Ahok kalau kotor.”, cerita si paman disuatu pagi, sambil cabuti gulma yang tumbuh subur di got. Saya ada teman saat sapu jalan. Daun gugur dari tanaman yang tumbuh di halaman, tertiup angina bisa kemana saja.

Si paman juga cerita gaji petugas kebersihan tidak main-main. Mereka tidak akan main-main dalam bekerja. Ada sanksinya.  Got bersih dari tanaman liar. Cuma dionggok di dalam got dekat bak sampah, biar busuk. Yakin tidak akan diangkat tukang sampah, walau datang pakai truk sampah.

Tahun 2012, dua penduduk Indonesia yang tidak ber E-KTP Jakarta datang mengadu nasib meraih jabatan DKI-1 dan DKI-2.  Akhirnya, calon petahana, yang menurut lembaga survey dipastikan unggul, cuma jadi juara kedua. Kalah dengan pendatang. Biasanya, pemprov DKI Jakarta alergi dengan pendatang. Pendatang musiman, pendatang malam hari, pemudik balik ke Jakarta bawa kerabat.

Golput di pilkada nantinya, bisa-bisa bisa saja secara kuantitas lebih banyak daripada golput 2012. Selama ini nafas kaum birokrat sudah terdeteksi loyalitasnya. Memang ada barisan sakit hati. Ketua RT dan Ketua RW sebagai faktor penentu timbulan golput. Walau rahasia jabatan namun sudah jadi rahasia umum. Kadar ideologi penduduk Jakarta berifat dinamis, fluktuatif. Opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar