antisipasi dilema pilkada DKI Jakarta 2017, titik
retak negara vs daya rekat bangsa
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sudah meluncurkan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) pada Pemilihan
Kepala Daerah Tahun 2017, Senin (29/8/2016), di Hotel Aryaduta, Jakarta. IKP 2017 ini
adalah salah satu produk hasil penelitian Bawaslu RI terhadap penyelenggaraan
pemilihan umum (Pemilu), baik Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden maupun
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Dari metode tersebut,
skoring IKP 2017 dibedakan ke dalam 3 kategori kerawanan, yaitu kategori rawan
rendah (0-1,99), kategori rawan sedang (2,00-2,99), dan kategori rawan tinggi
(3,00-5,00).
Berdasarkan hasil
skoring IKP 2017, daerah yang menyelenggarakan pemilihan Gubernur yang masuk
kedalam kategori kerawanan tinggi adalah provinsi Papua Barat (skor: 3,38),
Aceh (skor: 3,32), dan Banten (skor: 3,14) sedangkan 4 provinsi lainnya,
Sulawesi Barat, DKI Jakarta,
Kepulauan Bangka Belitung, dan Gorontalo masuk ke dalam kategori kerawanan
sedang. Berarti, sisanya masuk dalam kategori
kerawanan rendah, dengan skore antara 0 hingga 1,99.
Provinsi DKI Jakarta kerawanannya bukan dari aspek
penyelenggara, tapi terkait kontestasi, ada dinamika yang perlu dicermati
bersama, hal tersebut ini berpotensi
terjadi konflik horizontal jika tidak diantisipasi dari sekarang.
Pilgub DKI Jakarta 2012 memang telah mematahkan
analisa maupun survey untuk melihat peluang calon petahana saat itu. Karakteristik
kemajemukan, heterogenitas penduduk Jakarta sulit diprediksi arah arus
politiknya. Kekuatan bawah kendali pelaku ekonomi dunia, adanya kasta pribumi
dan kasta non-pribumi, Jakarta sebagai gudang Rp Nusantara, serta Jakarta
sebagai ibu kota negara, apa pun bisa terjadi.
Sudah bisa disinyalir secara awam, arah kebijakan
pemerintah atau tepatnya intervensi Jokowi dengan JK-nya terhadap pilgub DKI
Jakarta 2017. Karena akan menentukan “nasib” pesta demokrasi 2019. Bukan sekedar
pekerjaan politik yang seolah tergantung kebijakan oknum ketua umum partai
juara umum pesta demokrasi 2014. Nasib bangsa dan negara Indonesia selama lima
tahun dipertaruhkan. Bukti politis di periode 2014-2019 semakin meneguhkan
bahwa politik tega makan anak kandung sendiri. Mengadapi lawan politik melebihi
menghadapi penjajah saat itu.
Jika pasangan cagub dan cawagub lebih dari dua
pasang, dipastikan cagub petahana atau sejawat, akan melenggang. Bahkan berani ambil
ancang-ancang maju di pilpres 2019.
Doa bangsa dan rakyat Indonesia yang tetap lebih
cinta Indonesia bersatu, tak akan sia-sia. Amin YRA. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar