ayo santuni mantan presiden negera tetangga
Ada-ada saja
tingkah laku negara tetangga. Memang rumput di sana tumbuh lebih hijau, ranum
dan menggiurkan mata. Sekecil apapun peristiwa kejadian di sana, tampak jelas
di mata orang Indonesia. Bak kuman diseberang lautan, kata peribahasa.
Karena satu
rumpun Melayu, seperti ada ikatan emosional yang memang sering memancing emosi
anak bangsa Indonesia. Negara tetangga, tepatnya dua negera tetangga,
begitulah. Salah satu negara menjadi tujuan berobat orang Indonesia. Secara tak
resmi dan terancana, Indonesia mengekspor gratis berbagai komoditas asap hasil operasi karhutla, yang
notabene milik pemodal dari mereka yang Malaysia.
Ketika kepala
negara dipilih langsung oleh rakyat yang telah mempunyai hak pilih, seperti di
Indonesia. Serta merta emosi juragan politik tersulut untuk ikut ambil bagian. Merasa
sebagai panggilan tanah air untuk berbakti. Merasa sebagai pejuang politik
untuk membuat rakyat adil, makmur, sejahtera yen ono duwite.
Syarat utama
ikut pilkara (pemilihan kepala negara) adalah pernah menyandang jabatan yang
sama, sejenis atau dipersamakan dan diakui sah sesuai nukum tata negara. Yakin rekam
jejaknya memenuhi, bahkan melebihi syarat tsb, ada oknum yang serba merasa
bisa, merasa benar, merasa pandai maju. Maju terus sampai dua periode atau bahkan
tiga periode berturur-turut.
Yang diluar
akal, nalar, logika dan pakem politiknya, ternyata barisan wong cilik, yang
diduga buta politik, menghasilkan pilihan di luar skenario. Katanya, kalah
ganteng, sehingga merasa dizalimi oleh lawan politiknya. Semacam adegan
ketoprak atau dagelan dadakan.
Dampak psikologis
politik bagi ybs, tingkah lakunya kembali ke seperti waktu anak-anak. Harus disanjung,
dipuja-puji, baru lega. Di negaranya, maksudnya di negara tetangga, yang
rakyatnya juga serba multi seperti Nusantara, ybs masuk kategori anak yatim. Sehingga
wajib disantuni oleh negara dan rakyatnya. Jangan sampai virus pikun politik
menjadi wabah nasional. Kerena sang virus sudah kebal asap dari Indonesia. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar