Halaman

Rabu, 01 Maret 2023

tombol-tèmbèl-tumbal-timbal-tambal gerak kerakyatan

tombol-tèmbèl-tumbal-timbal-tambal gerak kerakyatan

Sejauh ini dengan pengusaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan rasa jiwa sosial, menjadi modal dasar anak untuk bergaul dan mengenal lingkungan. Saat terjun aktif berinteraksi sosial, tidak canggung. Tahu diri dan cepat tanggap pengaruh lingkungan. Sigap membaca adab bernusantara yang masih samar, abu-abu.

Ironis binti miris, pelabelan bukan dari luar. Lebih tepat datang dari pihak lawan politik. Hasil rekayasa diri untuk mendongkrak wibawa. Pakai ujaran bebas. Menggunakan kata nista resmi. Kedok memang selalu ditampilkan apa adanya. Ada maunya memang syarat berpolitik jangka pendek. Timbal balik tak sesuai harapan. Banting timbangan. Balik badan. 

Balik arah, balik badan, balik adab menjadi menu politik khas multipartai. Stigma atau kontra-kritik berawal dari label petugas partai bagi presiden pilihan rakyat. Asas legitimasi secara kebahasaan beririsan dengan imitasi, aklamasi, intimidasi. Selaku komponen utama pembentuk karakter politik nusantara.

Adab bernusantara masuk stadium balik adab. Tak ada kaitan dengan fakta anak cucu kronologis tak ada matinya. Tak ada rasa kapok, efek jera. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Interaksi dan integrasi sosial. Sentuhan peradaban, memunculkan sifat dan perilaku. Metode salah asah, salah asih, salah asuh menjadikan anak bangsa merasa bisa.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar