Halaman

Selasa, 14 Maret 2023

menang karep, tetep ora dianggep genep

menang karep, tetep ora dianggep genep 

Protokol hidup berkenormalan subvesi nusantara. Semangkin membuktikan. Pawang politik merupakan petugas partai pelaku ritual politik. Simbol pemegang kunci aksi ritual. Karena ybs dianggap layak mulut untuk merapalkan mantra.

Padahal ora duwé karep, nanging akéh pengarep-arep (11/10/2019 7:59 AM). Lepas siapa pelaku tunggal. Kapan dan dimana kejadian perkara. Tiap daerah punya acara mirip. Putra-putri asli daerah berlomba masuk jajaran elite lokal. Modal tampang garang memelas. Raut paras digaya-gayakan adem, kalem, aleman nanging geleman. Karakter wayang kalah bersaing dengan watak manusia di panggung politik.  

Norma, adat bahkan nilai religi dianggap angin lalu. Cara sederhana, sebelum omongan,  ujaran diobrolkan plus diobralkan, ditujukan kepada diri sendiri. Bukan sekedar layak, patut, pantas atau semaksud. Ibarat juru masak rumah tangga, dicicipi, test rasa hasil olahan.

Jangan lupa, semangat joeang 1945 bisa tetap membara akan tetapi semangat Reformasi tak kalah garang. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Menang disumpah, kalah disumpahi. Menang menumpuk kursi, kalah duduk manis di bangku cadangan. Bukannya melupakan semangat Angkatan 1966.

Semakin meningkat, hierarkis, maka jabatan ketua, kepala bisa bersifat komersial dalam bingkai politik. Jabatan yang diperoleh dengan sistem pemilhan, jelas ada aturan main yang tidak main-main. Dalam arti, semakin jauh dari rakyat karena disibukkan dengan status sebagai hamba, abdi, jongos partai politik. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar