usai simak narasi, jiwa terisi
Jiwa manusia butuh asupan gizi seimbang setiap saat. Nilai keagamaan sudah
meriwayatkan tata cara merawat dan
meruwat jiwa. Filosofi Jawa memahami jiwa adalah siji waé. Ora ono liyané.
Ora ono tunggalé. Siji til. Tida k ada
ikat-kait-kiat dengan perasan sila-sila daripada dasar negara. Limo
nanging siji, siji nanging limo.
Dikatakan ada manusia hidup tanpa jiwa. Kasat mata
malah tampak gagah. Ekspresi wajah, bahasa tubuh tidak menampakkan
sedang mengalami guncangan dan kerentanan jiwa pribadi. Sadar melakukan fungsi
orang sebagai manusia.
Masalah kejiwaan maupun gangguan jiwa bagi manusia
dengan gaya pola hidup garis keras. Hanya bisa dengan
asas banding-sanding-tanding ketika budaya malu, urat malu, rasa malu,
kadar malu nyaris terkikis habis dari haribaan pergaulan di NKRI ini. Namun nun
jauh di belakang lubuk hati nurani masih tersisa cilal bakal sumber malu.
Narasi yang
tidak menggurui sekaligus gaya anak didik yang tanpa gaya. Asupan kesantunan bahasa tulis akan terkena dan
terkenang di jiwa pemirsa.
Perilaku orang berjiwa manusia masih bisa
dinormalkan. Diperlukan itikad, minat, niat; kemauan, kesadaran, kesabaran
ekstra uktuk mau normal. Khususnya sadar normal dalam pasal religi, medis,
psikologis, sosial maupun spiritual. Jagalah stabilitas jiwa ragamu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar