Halaman

Rabu, 22 Maret 2023

sirik tanda tak mampu diri

sirik tanda tak mampu diri 

Lema ‘sirik’,  menjadi bias. Semisal malah menjadi mitos (mitos utawa amit-amit lan ngatos-atos) yang berupa sirikan (yang harus dihindari). Mitos Jawa ini masih  bergaya konotatif, tetapi tekanan utamanya pada aspek ora ilok (tak baik) jika dilakukan atau pantangan. Istilah mitos kian berdenging  berdengung jika beririsan dengan adat lokal. Dukungan dari mistik, mistis, misteri  hingga sampai filsafah berbangsa mo-limo. Rawat dan ruwat dasar negara agar tetap berada di tangan yang layak dan berhak.

Disiplin diri terhadap tugas dan kemanfaatan hidup di dunia. Bukan tolok ukur jika anak lahir duluan maka wafatnya juga duluan. Lihat filosofi, falsafah, filasafat pohon kelapa. Pernasiban buah kelapa tak dapat diduga. Total, tak ada yang terbuang sia-sia dari eksistensi fisik pohon kelapa.

Jadi, elektabilitas sang calon lebih ditentukan mitos daripada fakta. Seolah anak bangsa sudah kehabisan akal sehat. Wajar kalau lantas melirik produk asing – bahkan orang asing – yang dianggap mempunyai ras unggul. Dibuktikan dengan sertifikat laik manusia unggul.

Falsafah othak-athik mathuk, firasat othak-athik gathuk. Format maupun formasi sosiologi kebangsaan nusantara, tidak mempersoalkan hakikat baik atau buruk, benar atau salah, bagus atau jelek, betul atau keliru. Fokus pada penekanan yang seharusnya terjadi sesuai tradisi luhur leluhur. Ingat adab bernusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar