malapetaka 2024, tuntas vs tunda
Pernah bersebut adab bernusantara,
ramah kebijakan dan kepentingan global. Date
modified 12/2/2022 7:31 AM. Ciri wanci
tuntas tuntutan dari atas, tuntutan komunitas, tuntutan tirani minoritas. Rakyat tapak tanah selaku penonton
setia, tetap sabar menungu pergantian pemain.
Episode babakan kaping pitu sarat
dagelan politik klas jalanan. Lebih bagus ketimbang demokrasi jalanan. Saking lucunya, sampai-sampai stok aneka watak yang ada di
dunia pewayangan, harus impor.
Saking lucunya, sampai-sampai sudah
kebablasen. Susah menterjemahkan skenario politik, apalagi adegan keblusuk. Mentertawakan diri
sendiri. Mengolok-olok diri sendiri.
Sila-sila daripada dasar negara
merupakan bahan galian menu harian rakyat. Daya lokal atau akar rumput, bukan
obyek kebijakan. Simak kearifan geografis (geographic wisdom), yaitu
kearifan lokal yang terakumulasi menjadi potensi dan daya lokal. Ikatan moral
menjadi pemersatu rasa dan pembangkit sinergitas. Upaya masyarakat yang
bertimbal balik dengan teritorial.
Akronim ‘tunda’ yang cocok logika
adalah tuntutan orang dalam. Pelaku, pemain, pegiat politik sudah tidak bisa membedakan mana kanan, mana kiri. Kian berkubang
dengan lumpur kekuasaan, tidak pandang
gender. Kian tidak paham beda mana atas, mana bawah. Kian berpesta di atas penderitaan
rakyat. Kawanan parpolis penyelenggara
negera kian gemar berfoya-foya. Demikian. Sekian.
Jauh tahun sebelum ikut rebutan, rayahan
gunungan kursi maupun bancakan kursi. Cikal bakal, bakalan petugas
partai, mulai dari klas teri sampai klas kakap, wajib melafalbebaskan mantra politik
dalam bahasa ibu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar