Halaman

Minggu, 26 Maret 2023

orkestra rebut kursi ramai-ramai

orkestra rebut kursi ramai-ramai 

Kasus ini bukan klimaksnya. Bukan babak adegan goro-goro yang ditunggu pemirsa, penonton, pendelok. Selingan, pelipur lara. Tetap tidak bisa melupakan orisinalitas, otentisitas demokrasi subversi nusantara. Rumusannya saja malah bikin murus semua pihakan.

Penjabaran demokrasi malah dinilai tendensius sukuisme. Diutarakan dengan bahasa rakyat malah membuat rakyat kalut bak disulut. Model moderat, tengah-tengah diketengahkan. Dirasakan akan memancing sentimen kebangsaan.

Adu kuat antar kepentingan menampakkan demokrasi sibuk di tempat. Tanpa mufakat sepakat,  muncul model demokrasi siang - demokrasi malam; demokrasi ganjil - demokrasi genap; demokrasi  lokal – demokrasi global.

Akhirnya hanya bisa berlagu “disana demokrasi, disini demokrasi, dimana-mana demokrasi”. Demokrasi bergulir, bergilir apa adanya vs adanya apa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar