ambang atas demokrasi nusantara vs pasar bebas ideologi global
Protokol adab bernusantara tidak mengenal istilah dosa politik.
Termasuk dosa kolektif hak milik partai politik. Bahwasanya ada satu generasi tanpa
batas umur yang kehilangan memori kolektif tentang sejarah
perjuangan kepolitikan, diplomasi kemerdekaan.
Tahunya, pahamnya bahwa lepas dari
penjajah bangsa asing beralih ke penjajah bangsa sendiri.
Manusia memang ahli membinasakan
diri sendiri. Akibat dari janji palsu, sumpah palsu atau mempermainkan janji dan atau sumpah jabatan. Mégabencana subversi kaping itu, sebagai
akibat tindak tanduk, tindak tutur
kata, tingkah laku, ulah tangan manusia yang sudah melampaui batas kewajaran. Alam
tetap tak akan jemu, tak pernah kapok, tak kenal lelah mengingatkan bangsa
Indonesia.
NKRI harga mati kawan. Kelompok kriminal bersenjata, yang
ingin berdaulat, jelas bukan makar. Gerakan senyap berpola séparatis, sempalan
partai politik bukan masalah. Peta politik menunjukkan adanya pengkaplingan
berbasis penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan.
Politik nusantara dengan dua muka
sisinya, bak mata uang logam. Satu sisi untuk kepentingan ritual demokrasi. Sebagai peserta pesta demokrasi lima tahunan. Sisi
lainnya, berguna untuk tampilan atraktif. Seolah mewakali nusantara di
panggung politik dunia. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar