Halaman

Sabtu, 04 Maret 2023

demokrasi sambung nusantara, pokoké nyambung

demokrasi sambung nusantara, pokoké nyambung 

Rakyat tapak tanah, konsisten menapak setapak demi setapak di jalur demokrasi tanpa pamrih. Sampai demokrasi jenuh, nek, nyaris muak. Rakyat lagi, rakyat lagi. Padahal, sila-sila daripada dasar negara digali dari perikehidupan rakyat 7x24 jam pekan. Bukan 7 (tujuh) turunan.

Tanpa rumusan dan ramuan resmi. Keberagaman, kemajemukan, rasa persatuan dan kesatuan sudah menjadi menu harian rakyat. Malah rakyat tidak tahu ada teori sila-sila dasar negara.

Formulasi dasar negara semakin dijabarkan kian menampakkan sundaisme. Bodor-bodor dikit banyak goyangnya.

Filosofi dasar negara semakin diketengahkan kian mewujudkan eksistensi jawa tengah yang multi etnis. 

Filsafat dasar negara semakin diutarakan kian menunjukkan pihak mana yang ‘kalut’ maupun   yang suka main ‘sulut’.   

Fatamorgana di tangan ahlinya (kawan partai produk pesta demokrasi) menjadikan mereka  kian alérgi, antipati, apriori terhadap praktek demokrasi multipartai.

Hukum keseimbangan menegaskan, semakin pemimpin jauh dari rakyat maka akan berbanding lurus dengan lunturnya, rontoknya sila-sila daripada dasar negara. Rembug warga selaku solusi masalah bersama. Tokoh masyarakat ambil peran nyata. Semua merasa memiliki dan merasa bagian dari kebersamaan. Menyatu dengan alam menjadi modal untuk tetap eksis.

 Wajar, muncul generasi yang dengan sengaja memperkeruh suasana. Sekalian jadi sama-sama kacau. Daripada berharap tanpa kejelasan. Ibarat burung pungguk merindukan bulan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar