demokrasi mujur, terlanjur terbujur
“Mujur ngalor!“,ujar mbokdé mukiyo di depan kawanan
pendérék. Ayam petelur digadang jadi ayam petarung malah jad ayam
sayur.
politisi sipil nusantara, mental ayam sayur vs jago
kandang. Bukan gambaran nyata. Sekedar ilusi akan asas bagus-baik-benar-betul yang menjadi
rahasia umum. Fakta hanya dimiliki kawanan politisi sipil seklas petugas
partai, penggembira lapangan alias juru sorak. Menjalar ke kandang loyalis
total jenderal. Klas kambing pun tak mau ketinggalan dengan olok-olok
politik.
gembala domba aduan vs peternak ayam
sayur. Hakikat pendidikan dan atau
pengajaran nasional, dianggap sesuai cita bangsa. Jika mampu mencetak
manusia nusantara luar-dalam. Plus memperkokoh kerangka kemuliaan martabat manusia sesuai fitrah. Gejolak politik dalam
negeri kian laga bebas. Saling libas antar sekutu. Dibutuhkan sosok
manusia serba berketahanan.
Generasi Pancasila masih terpukau dengan gaya Orde Lama.
Selalu merasa hidup di bawah bayang-bayang
leluhur dan sekaligus merekayasa atau merasa eksis di angan-angan masa depan. Rasa unggul sebagai anak bangsa pribumi nusantara, membuat diri lupa akan
fakta bahwa bahu tidak pemah lebih tinggi ketimbang kepala. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar