berakit-rakit terbawa arus, berenang-renang melawan arus
Syarat dasar untuk berani hidup di bumi pertiwi. Stratifikasi persatuan, kesatuan
nusantara model piramida. Di puncak piramida yang merasa menentukan nasib bangsa
dan negara lewat jasa pesta demokrasi. Sarat
berani malu, pandai-pandai bawa diri, pemain watak lokal akal global. Adu
semboyan berani hidup, sekali hidup tetap hidup. Pola hidup senin-kamis
dilakoni.
Hak paten nusantara ‘berani malu’,
bagian utama HaKI. Bukti pemajuan budaya non-benda berperadaban. Pelakunya
bukan anak kemarin sore. Nyali jauh di atas standar lokal. Jauh dari pasal bondo
nekat yang jadi biang keributan berbasis sepak bola.
Paribasan jer basuki mawa bea.
Tafsir bebas memaknai “perbuatan melawan hukum” tidak hanya sekedar
tindakan melawan, melanggar, pelampau batas,
kontra produktif atau bertentangan dengan pasal produk hukum.
Termasuk juga penyimpangan, pengabaian norma, pranata sosial, kode etik
etika masyarakat, adab bernusantara.
Skema diri yang ada di tubuh manusia politik meluputi: rasa mandiri, aspek kepribadian,
sifat keakuan, pola kedirian, konsep diri
sendiri, nama baik, harga diri, mawas diri dan diri-diri yang masih
dalam penyelidikan. Ternyata bentukan sistem politik nusantara tidak menghargai
manusia sebagai manusia penuh (full human).
Masih terkait dengan urusan perut,
dengan dalih agar sediaan beras dalam negeri, cadangan pangan nusantara mencukupi,
perlu ditambah dengan beras impor. Apalagi lauk pauk yang klasnya di atas
tempe, sangat dimungkinkan untuk impor sapi.
Jika di pasar bebas, warung rakyat tapak tanah, setelah sekian tahun
terdapat peredaran obat yang kandungannya mengandung unsur dari zat haram,
semacam enzim babi atau ada unsur DNA babi, pemerintah pasti peduli. Sebagai
pembelajaran bagaimana kearifan pemerintah membuktikan kepeduliannya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar