Halaman

Jumat, 03 Maret 2023

bukan anèh-anèh, memang begitulah

bukan anèh-anèh, memang begitulah 

Menyangkut tabiat manusia, anèh diri bersifat relatif bahkan fluktuatif. Semakin anèh, kian  langka itulah harapan. Dibilang nganèh-nganèhi. Justru sang pembilang lebih anèh. Frasa anèh bin ajaib, bukti ringan  bahwasanya jangan abaikan proses pembentukan watak. Wajar jika manusia menjadi budak dari pemikiran dan atau produk kemajuan zaman buatan sendiri.

Kadang kala, kalabendu (jaman yang buruk) kebaca sebelum waktunya. Paling tidak tingkah laku  manusia tanpa tetenger (cirénan) generasi nanging wis ketenger (keciri; ditengarai), bak kaladuta (alamat buruk). Orang mau berlaku lurus malah dianggap anèh binti norak.

Anèh atau lain dari yang lain. Antar saudara kembar bisa terjadi perbedaan, bahkan kontradiktif.

Anèhnya, orang secara sadar ingin tampak beda dengan lainnya. Kalau tidak bisa, dibisa-bisakan  dengan segala daya dan gaya. Orang anèh macam ini memang bisanya sebegitu. Tempelan gelar  akademis kehormata agar ciri wanci keanèhannya menjadi lazim, layak, lumrah dan kaprah.  

Yang paling anèh, anak bangsa pribumi nusantara doyan yang anèh-anèh tapi masuk akal. Akal sehat mereka. Bukan pemirsa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar