wong tuwa ala-ala malati
Sesama paribasan, peribahasa dalam bahasa Jawa yang
berujar “kebo nusu gudèl”. Terasa ada benang merah. Kendati bukan pada jalur yang
sama. Kandungan, suratan makna kias nyaris bertolak belakang. Vertikal ke atas
(judul olah kata) vs vertikal ke bawah.
Langsung ke simbol “buaya vs buaya”. Buaya kuwalat
akibat melampaui batas wewenang atau cidera kepercayaan dari raja rimba. Punya dalih,
asas taat, loyal, patuh maka terjadilah
kejadian apapun. Bebas sanksi hukum buatan manusia. Alih fungsi dari alat negara
menjadi alat politik. Kian legal, sah secara konstitusional.
Malah unjuk bukti wong cilik ala-ala malati.
Keberatan status pengayom. Secara sadar melakukan tindak sebalikya. Ada anggarannya untuk pasal tak tertulis
yaitu “tegakkan hukum di tempat, hemat biaya peradilan”.
Ganti raja rimba, sejarah hitam, sistem akan berulang
dengan pemain berketurunan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar