Halaman

Selasa, 23 Agustus 2022

wong tuwa ala-ala malati

wong tuwa ala-ala malati 

Sesama paribasan, peribahasa dalam bahasa Jawa yang berujar “kebo nusu gudèl”. Terasa ada benang merah. Kendati bukan pada jalur yang sama. Kandungan, suratan makna kias nyaris bertolak belakang. Vertikal ke atas (judul olah kata) vs vertikal ke bawah.

Langsung ke simbol “buaya vs buaya”. Buaya kuwalat akibat melampaui batas wewenang atau cidera kepercayaan dari raja rimba. Punya dalih, asas taat, loyal, patuh maka terjadilah kejadian apapun. Bebas sanksi hukum buatan manusia. Alih fungsi dari alat negara menjadi alat politik. Kian legal, sah secara konstitusional. 

Malah unjuk bukti wong cilik ala-ala malati. Keberatan status pengayom. Secara sadar melakukan tindak   sebalikya. Ada anggarannya untuk pasal tak tertulis yaitu “tegakkan hukum di tempat, hemat biaya peradilan”.

Ganti raja rimba, sejarah hitam, sistem akan berulang dengan pemain berketurunan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar