politik santun negara, butuh santunan, sawèran, jumputan
Pernahan pernah terjadi “santun tidak santun, generasi pendengung
politik perlu santunan”. Date modified 5/25/2021 10:11 AM. Lema, kata ‘santun’
jarang muncul. Hebatnya, ini judul
selaku judul ke dua yang terapkan kata
‘santun’.
Degenerasi budaya politik luhur, meluncur bebas ke
segala penjuru. Hanya bencana politik yang mampu menjawab tumpukan dosa politik
subversi nusantara. Relawan politik digital berbayar atau sistem barter
jabatan, menjadi sumbangsih utama penentu indeks kesantunan manusia pribumi.
Indikator negatif mendominasi hasil survei. Mulai tingkat ringan sampar gegar
negara.
Panggung pentas hiburan berbasis syahwat, saraf
plus sistematis. Selaku titik temu, ajang tarik
ulur mutipihak beda kepentingan, sama-sama penyuka “hiburan” aneka bentuk.
Tawar-menawar di bawah sarung atau pasang tarif
“suka ambil, tidak suka diam”. Nilai tawar pemanggung tergantung nilai tawar, skenario, konspirasi antar dalang atur
lakon dan tunjuk pelakon.
Nomor sepatu, masih ada kejelasan, tidak pakai varian, subvarian apalagi
versi, subversi. Ukuran busana tidak identik
dengan umur, usia si calon pengguna. Porsi menu antar balita tergantung
kapasitas perut. Pola meja makan menjadi faktor penentu perjalanan hidup
manusia. Urut lahir tidak ada kaitan, ikatan
rumus hidup ybs. Kendati bisa dirumuskan. Soal kalah umur, kalah awu menjadi
patokan ringan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar