Halaman

Selasa, 09 Agustus 2022

sosok panutan mbokdé mukiyo, dudu tokoh manutan

sosok panutan mbokdé mukiyo, dudu tokoh manutan 

Sebagai makhluk sosial dengan penyandang  status sosial aneka skala. Anak bangsa pribumi serba saling  merasa. Ada-ada saja, baru merasa sebagai manusia jika ada yang menyapa. Ada yang merasa punya setumpuk wibawa jika ada yang main puja-puji. Tanpa diminta ada yang menyanjung. Disertai takzim sambil tunduk kepala.

Interaksi sosial memakai format politik, tampak watak asli pihak yang terlibat. Rakyat tak kenal kamus dan bahasa politik. Merasa menjadi semua bak hafalan. Bukan keluar dari produk diri sendiri. Hasil olahan lokal, berkat daya olah batin. Rasa hormat sesuai tata krama, subasita, adab norma kehidupan bangsa timur.

Era Reformasi melahirkan mahzab bahwa mendirikan parpol atau menjadi ketua umumnya sebagai syarat utama menuju kursi RI-1, menjadikan kita terjebak oleh aturan sendiri. Masuk pusaran gaduh politik yang tak berujung pangkal, menyerap enerji bangsa.

Kebanyakan manusia bercermin untuk mematut diri karena akan tampil. Bercermin dengan mengedepankan akalnya untuk mencari pembenaran atas segala tindakannya, tampilannya. Di momen inilah manusia serba merasa bisa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar