tata waktu liniér vs sinergitas kerja paralel
Berkenaan dengan pasal kesungguhan hidup di dunia, bukan sekedar asal bisa hidup. Bumbu alami perjuangan hidup, memang untuk hidup layak butuh alat bantu. Stimulus kebangsaan menjadikan hidup lebih fokus dan bebas jalur, lajur. Kebutuhan kemarin saja belum sesuai standar minimal hidup layak nasib sederhana. Karena memang begitu takaran diri.
Status tayang 12/5/2018 1:41 PM, tersurat “konsep waktu dan anitsipasi urusan dunia”. Umat Islam yang mengacu demi waktu, sesuai firman-Nya. Lebih cenderung melihat waktu adalah peluang. Tak akan berulang datang lagi. Waktu tak perlu dikejar. Tak perlu terbutu-buru. Padahal karakter manusia adalah sifat tergesa-gesa. Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.
Penjelasan wahyu Allah SWT kepada Rasulullah SAW, termaktub di (QS Al Israa' [17] : ayat 11):
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.”
Daya kritik, krisis, kritik anak bangsa pribumi nusantara sebatas matematis berkehidupan di dunia selamat sampai alamat. Mengapa repot-repot dengan urusan masa depan bangsa. Tiap anak sudah punya rezekinya masing-masing. Berkebaikan diri manusia berdampak pada tata lingkungan. Untuk apa berilmu hanya untuk cari pekerjaan. Untuk apa bekerja hanya sekedar memenuhi prosedur hidup di dunia. Jika generasi mendatang paham siklus hidup dunia-akhirat. Lain kasus beda perkara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar