sing ning ndhuwur . . .
Diucapkan sambil tangan menunjuk ke atas. Jika ada lawan bicara, atau pihak yang diingatkan. Kebanyakan diucapkan dalam hati sambil istighfar. Ngelus dada melihat keadaan yang tidak sesuai dengan hati kecilnya. Kepala tertunduk ucap doa mendoakan agar keadaan tidak berlarut-larut, tidak berlanjut apapun alasan formalnya.
Bahasa tubuh selu reaksi atas kejadian yang sudah melampaui batas wewenang kemanusiaan yang adil dan beradab. Pelakunya kalau masih anak kecil, dianggap wajar. Jika pegiat laku usaha adalah yang seharusnya menjadi panutan, itu baru biasa. Lihat dulu apa partai politiknya. Siapa dedengkot partai. Paling runyam kalau oleh alat negara yang sekaligus alat penguasa.
Pasal lain, jika ada kejadian alami. Semisal utama adalah bencana alam. Tidak kehujanan tetapi tahu-tahu kebagian banjir, kebanjiran main sapu bersih. Bagaimana di hulunya. Apalagi banjir bawaan, penyerta, ikutan atau susulan. Sungai kewalahan melaksanakan tugas dan fungsi sampingannya. Kejadian lain secara individual berdampak sampai belapis-lapis. Modus ujaran tanpa pikir, disebarluaskan lewat jasa usaha TIK. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar