balas budi budak politik nusantara, di atas rata-rata norma politik
Ayam pertelur secara secara massal, kolosal, komunal tidak mau pusing harga telur sampai tingkat konsumen mampu turun secara sntun. Tanpa ada pihak yang demo, unjuk raga minta turun. Secara alamiah telur tetap keluar dan spekulan tidak bisa main timbun. Tunggu harga giur. Mana ada ayam mau rugi cuma bertelur doang.
Ingat, triwulan pertama agresi pandemi covid-19, PHRI berteriak merasa rugi. Di warung Tegal, harga jual lauk telur tidak solider. Alasan, untuk menutupi kebutuhan proses telur siap saji. Kebijakan penguasa terbentur hak asasi ayam. Pola gizi seimbang masyarakat dengan asupan telur, tidak bisa diotak-atik.
Pemerintah berharap hari raya
keagamaan akan mendongkrak harga jual telur. Terlebih bijak menggeser hari
libur hindari harpitnas. Impor jagung pakan telur termasuk strategi jaga
stabilitas martabat ayam petelur. Kiat penguasa untuk mendeteksi elektabilitas,
popularitas ayam petarung di pilpres 2024. Kemungkinan mau terjunkan jago tapi
bisa bertelur selaku kandidat, andalan partai ayam sayur. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar