mitigasi kenasiban bukan sekedar perenungan
Berarti masih ada ikhwal yang belum didudukkan pada tempatnya. Bebas menentukan arah dan nasib hidupnya. Sebaliknya, dengan kontémplasi, perenungan manusia mampu mencerna bahasa langit. Membaca proses diri secara internal, timbal balik. Beririsan dengan tumbuhnya mekanisme peduli, peka, tanggap diri terhadap gejala alam yang alami.
Paket empati pada hakikatnya menjadi sinergi antar umat manusia. Masyarakat kurang beruntung menjadi subyek anti miskin negara sekaligus selaku sarana mencari bantuan PBB tapi utang. Miskin bukan penyakit keturunan. Walau bisa melanda suatu teritorial, menimpa komunitas. Pendekatan lokalitas lebih cocok karena sesuai dengan kebutuhan dan potensi lingkungan.
Efek berkelanjutan secara masif dari agresi pandemi covid-19. Membangkitkan kembali penyakit yang sudah terkubur. Gerakan massal manusia mengandalkan akal sehat lewat jalur kenegaraan. Model kendaraan politik subversi daripada penguasa tunggal Orde Baru mengilhami modus multipartai, syahwat mulitpilot.
Akal sehat menjadikan atau melahirkan kebijakan formal, matematis. Acap tak ada hubungan diplomatik dengan lema ‘bajik’. Bermula dari asas ‘sama rasa, sama rata’ plus ‘sama-sama’ menjadi dogma politik pemanis atau pemerah bibir. Timbang rasa membuat rumusan tegas, adil menjadi pertimbangan.
Orang dan atau manusia dengan sisi kemanusiaan, ada yang belajar dan ambil sikap bagaimana hidup di dunia. Sisanya, model gila dunia. Andalkan rasa optimis sesuai aliran keyakinan, kepercayaan secara akal sehat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar