apa daya nasib sudah babak belur
Bicara “nasib” memang harus cerdas iman. Dibilang bukan kapling bahasan umum. Rumpun ilmu agama yang merupakan rumpun Ilmu Pengetahuan yang mengkaji keyakinan tentang ketuhanan atau ketauhidan serta teks-teks suci agama. Masih belum cukup untuk bedah hakikat “nasib”. Perlu keterbukaan pintu hati untuk menangkap sinyal, pratanda kehidupan.
Peruntungan manusia tergantung laku diri. Keterkaiatan ke depan selaku masukan, pasokan mata rantai kehidupan harian. Antar waktu 24 jam. Keterkaitan ke belakang untuk hisab diri, mawas diri secara mandiri, evaluasi diri sejak dini.
Mitigasi kenasiban bukan sekedar perenungan. Lebih daripada itu, karena dengki antara mereka sendiri sehingga merasa kalah nasib, nasib apes. Padahal sudah mati-matian memperbaiki nasib. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar