Halaman

Jumat, 18 November 2016

Siaga 2511, Skenario Kontra Skenario



Siaga 2511, Skenario Kontra Skenario



Posisi pemerintah menghadapi aksi dan gerakan rakyat, secara konstitusional tetap di atas angin. Apa guna wakil rakyat. Bahkan di tingkat kabupaten/kota sudah ada wakil rakyatnya. Pergerakkan rakyat, unjuk rasa dan unjuk raga dari berbagai daerah yang masuk ke ibukota negara, tidak bisa dipandang sebelah mata.

Memaknai 411, respon dan skenario pemerintah sudah semakin mengerucut dengan pola mengulur tali layang-layang. Pemerintah bermain aman, cantik dan tidak perlu berkeringat. Tidak salah kalau ada persepsi, bahwa pemerintah tidak merangkul rakyat. Lebih sibuk mencari alat pemukul. Atau menggalang kekuatan umat yang masih tunggu angin baik, yang tidak ikut di 411.

Pemerintah masih mengantongi berbagai jurus ampuh menghadapi rencana aksi damai jumat, 25 Nopember 2016 (2511). Di zaman Orde Baru, pemerintah dengan mudah mengeluarkan stigma anti kemapanan, gerakan disintegrasi kepada pihak yang berseberangan. Taji partai politik sudah ditumpulkan dengan penyederhanaan jumlah partai.

Di era Refomasi, pemerintah sudah berpengalaman mengeluarkan stigma terorisme, gerakal radikal, Islam garis keras, serta sebutan lainnya. Jadi, jam terbang melaksanakan konspirasi internasional sudah menjadikan NKRI sebagai negara terpandang di bidang keamanan dalam negeri. Nilai tambah, bagaimana pihak yang menang dalam pesta demokrasi 2014 memberlakukan lawan politiknya.

Aksi damai 2511 tidak hanya karena ada tema atau isu yang menjadi alat pemersatu umat, justru sikap pemerintah terhadap 411 bisa memacu dan memicu komponen rakyat, elemen rakyat untuk ikut turun ke jalan. Misal, niat pekerja/buruh berpartisipasi, galang aksi solidaritas di 2511, sebagai bentuk geliat rakyat.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar