Halaman

Sabtu, 05 November 2016

perbedaan sebagai faktor penentu daya sinérgi antar anak bangsa



perbedaan sebagai faktor penentu daya sinérgi antar anak bangsa

Kendati jenggot nyaris terbakar habis, bangsa ini tetap adem-ayem. Malah tampil genit, kenes, menjual isak pengharu rasa, bagaikan merasakan sisa kehidupan di bawah bayang-bayang kemalangan hidup. Orang kaya Indonesia sukses karena mampu melanjutkan tradisi produktif keluarganya. SBY kurang mencermati fakta bahwasanya mewariskan ilmu politik ke anak cucu, tidak bisa disiasati secara akal, logika dan nalar.

Agar tetap eksis dalam kehidupan ini, banyak anak bangsa mampu beradaptasi dengan lingkungan. Mampu membawakan diri. Pandai-pandai memilih dan memilah kawan, sebagai batu loncatan. Tak kurang yang lihai ikut arus peradaban tetapi tidak terseret dan terbawa arus. Sisanya, cukup bangga jadi tukang keplok d berbagai acara, atraksi, adegan dan agenda bergengsi.

Menyatu dengan lingkungan, beradaptasi, melakukan gerakan pembauran secara masal, sebagai langkah jitu masuk ke basis pertahanan lawan. namun, masih ada anak bangsa menganggap lawan politik sebagai musuh bebuyutan. Musnahkan sampai cindil abangnya. Ini yang mejadikan ideologi berlari di tempat.

Menang karena jumlah, sudah bukan zamannya lagi. Demokrasi keroyokan masih subur di Nusantara. Kepentingan bersama ditentukan oleh siapa yang sedang berkuasa. Jadi, siapapun yang pegang kendali, akan menentukan nasib pihak yang lebih banyak.

Ingat ki dalang Sobopawon, yang selalu nyinyir menyindir diri sendiri. Opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar