dikotomi Jokowi pasca 411, menampakkan jati diri vs mencampakkan citra
diri
Adam dan Hawa menjadi korban pertama bujuk dan tipu daya
setan, sehingga menjadi penghuni dunia sampai hari akhir atau kiamat. Kejadian
ini dijelaskan mengacu terjemahan [QS Al
A'raaf (7) : 24] : “Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi
musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan
kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah
ditentukan." Lihat juga [QS Al Baqarah (2) : 36].
Menafsirkan frasa “sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian
yang lain”
tergantung sudut pandang si pengamat. Bukan sekedar
bersifat dinamis, aktual dan faktual sampai sekarang. Ambiguitas atau kemaknagandaan
kepala negara yang identik dengan umara
(adalah Bapak bagi masyarakat atau rakyatnya), pemimpin
umat menjadikan jiwa ‘pemersatu bangsa’ mengalami fluktuasi.
Sangat
mudah ditebak, para, saat dan pasca aksi damai bela Islam, jum’at 4 Nopember
2016, Jokowi melakukan aksi pembuktian terbalik. Mulai urungkan niat blusukan
ke negara Australia sampai aksi main sambang, main undang pihak tertentu ke
kandang presiden. Jokowi melakukan aksi nglurug
tanpa bala sesuai versinya. Akankah Jokowi sebagai wong Jawa, bak mesin
disel, panasnya lama baru garang.
Ironisnya,
Joko Widodo dengan sadar memposisikan dirinya sebagai pihak yang tepuk tangan
terakhir. Menandakan kemenangan atas lawan politik. Jika ini terjadi, betapa
jokowi sudah terkontaminasi hidup-hidup oleh ajaran dendam politik dari parpol
utama pengusung dan pendukungnya. Partainya wong cilik, yang sarat dengan akal
politik licik.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar