Halaman

Senin, 21 November 2016

beli obat sesuai abjad



beli obat sesuai abjad

Los atau kios obatdi pasar semitradisional di depan kompleks tempat tinggal saya cukup unik. 2 kios, satu pemilik, berhadapan. Jual obat dan satunya komestik. Wajar, cewek berhias, bertata rias muka, jadi penunggu kios komestik. Kaum hawa, pemuda yang jaga toko obat. Pedagang asal tanah Minang, tidak memanfaatkan tenaga dari penduduk lokal. Maklum, usaha keluarga.

HET yang tertera sama, standar dari sono-nya, namun harga jual obatnya bisa beda dengan apotek atau toko obat di pinggir jalan raya. Walau pemilik toko obat sama-sama perantau dari Minang. Bedanya, yang disebut terakhir, penjaganya remaja berjibab dari penduduk setempat.

Pagi itu saya jalan cepat, sehat dan hemat biaya. Menyelusuri jalan raya yang tidak ramah kepada pejalan kaki. Selain memang tidak ada fasilitas untuk pejalan kaki, lebar jalan juga pas untuk satu mobil. Mobil mau menyalip motor, apalagi menggerombol, tunggu lalu lintas dari arah berlawanan aman. Tak jarang saat jalan kaki, pemotor membunyikan klaksonnya, mau menyalip. Kalau saya acuh, mereka memainkan gas. Menyalip sambil menoleh, sepertinya saya mengganggu kenikmatan dan kenyamanannya berkendara.

Pulangnya saya singgah ke kios took obat di maksud. Siapa duga yang jaga malah yang jaga komestik. Keramahan melayani pembeli, yang katanya dianggap raja, mautak mau saya harus menyesuaika diri. Bukan memanfaatkan situasi. Sapanya ramah, :”Mau beli apa bapak?”.

Saya jawab, :”Mau beli obat sesuai abjad”. Tampak dia tanggap atas jawaban saya. “Apa saja bapak?”. Saya sebut dua obat berinisal A dan satu obat berinisal P.  Uni atau mbak penjual tampak riang, dapat candaan ringan. Komunikasi tampak akrab. Malah menawarkan vitamin herbal untuk jaga stamina. Mungkin karena lihat uban saya yang nyaris rata di kepala, bahkan kumis, janggut ikut-ikutan putih.

“Bapak koq cuma beli tiga obat, tidak ada yang lain”.

“Saya hafalnya cuma tiga obat tadi”. Mendadak saya ingat akan obat hirup pelega pernafasan. Saya sebut dengan inisial P, sebagai P kedua. Sambil menjelaskan ciri-ciri fisiknya. Tertawa riang sang penjual terpaksa buka tumpukan dos, adalah yang saya cari. Berbentuk kapsul berwarna hitam. Menthol. Bermerek seperti merek pompa tangan zaman doeloe. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar