pemerintah
prihatin jika . . .
Hujan
tidak merata melanda bolodupak, tim
sukses, tim relawan, oknum penjliat pasangan Jokowi-JK. Masih ada yang kleleran, kaliren dan kapiran. Akhirnya
mereka terpaksa minta jatah versi “papa minta saham” sampai blusukan ke
pemerintah desa/pemerintah kelurahan menagih janji. Bongkar pasang kabinet kerja
menjadi saksi hidup yang monumental.
Ada oknum
penyelengara negara dari koalisi pro-pemerintah banget, sudah direstui melakukan
operasi senyap untuk membajak uang negara secara konstitusional, malah berakhir
dengan operasi tangan tangan oleh KPK. Mereka rangkap jabatan sebagai pejabat
elite partai, wakil rakyat atau yang lainnya.
Dana aspirasi
masih ada yang mangkrak, karena selain kurang dukungan ahli penyusun program/kegiatan
juga langkanya ahli pelaksana dana atau pengguna anggaran sesuai cash flow yang telah ditentukan,
disepakati oleh pihak berkepentingan.
Bantuan dana
untuk partai politik dihitung jumlah suara, masih tidak signifikan dengan kebutuhan.
Partai mencari uang secara mandiri dari berbagai sumber dana yang legal, sesuai
peraturan perundang-undangan. Iuran dari anggota, khususnya mereka yang sedang
praktik di trias politica. Jangan sampai
terjadi orang partai mati di lumbung padi.
Prosesi RUU
tidak sesuai target, tidak sesuai skenario, khususnya karena tidak ada pesanan
khusus dari pelaku ekonomi, konspirasi asing, atau kekuatan mancanegara. Tersedia
pasal komersial terselubung yang bisa diperjualbelikan, diperdagangkan atau
ditetapkan sesuai asas sepakat untuk tidak sepakat. Juga tersedia menu pasal
siluman, pasal karet atau pasal yang akan dilelang pada injury time.
Harga BBM
masih terendah di ASEAN. Upah buruh/pekerja malah menjadi daya tarik masuknya
TKA. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar